Panduwisata.com – Wisata Pura Uluwatu yang terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Pura ini berjarak 30 kilometer ke arah selatan Denpasar. Pura Uluwatu, juga disebut Pura Luwur, adalah salah satu dari enam Pura Sad Kahyangan, pilar spiritual utama di Pulau Bali. Pura Uluwatu adalah objek wisata paling populer di pulau Bali, di mana banyak tamu datang untuk menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah dengan latar belakang Pura Uluwatu yang suci dan lautan. Keindahan alam yang tiada tara memang layak menjadi tempat wisata yang sangat populer, jika anda sangat menyukai pemandangan matahari terbenam, maka tempat wisata ini sangat cocok untuk anda. Di sini Anda dapat melihat matahari terbenam dengan perluasan lautan dari Samudra Hindia. Luangkan waktu sejenak untuk menikmati keindahan karya alam yang fenomenal ini.

Pura Uluwatu selalu menjadi objek wisata yang sangat populer di kalangan wisatawan, karena Pura Uluwatu menawarkan pemandangan matahari terbenam yang sangat indah. Melihat pemandangan pantai dari pura Uluwatu, dan melihat proses sunset membuat keindahan yang sangat indah tiada tara. Anda pasti akan betah berlama-lama di sini sambil mengagumi karya-karya alam yang fenomenal. Berada di ketinggian dan berdiri di atas tebing akan membuat pemandangan lebih luas tanpa halangan. Menikmati pemandangan indah ini bersama pasangan akan membuat pengalaman yang tak terlupakan dalam hidup Anda. Pura Uluwatu selalu menjadi yang terbaik di antara deretan tempat wisata di pulau Bali. Jadi jika anda sedang berlibur di pulau Bali, jangan lewatkan objek wisata Pura Uluwatu ini
Sejarah Pura Uluwatu
Ada dua pendapat yang berbeda mengenai sejarah Pura Uluwatu.
Pendapat Pertama, Beberapa orang percaya bahwa candi ini dibangun oleh Empu Kuturan pada 9 Masehi, pada masa pemerintahan Marakata.
Pendapat Kedua, Orang lain mengklaim bahwa candi itu dibangun oleh Dang Hyang Nirartha, seorang pedanda (biksu Hindu) dari Kerajaan Daha (Kediri) di Jawa Timur. Dang Hyang Nirartha datang ke Bali pada tahun 1546 M, pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Biksu itu membangun Pura Uluwatu di Bukit Pecatu. Setelah menyelesaikan perjalanan spiritual keliling Bali, biksu itu kembali ke Pura Uluwatu dan meninggal di sana. Dia moksa (mati dan tubuhnya lenyap), meninggalkan Marcapada (kehidupan duniawi) dan memasuki Swargaloka (surga).
Piodalan atau upacara memperingati hari jadi pura diadakan pada hari Anggara Kasih, dalam wuku Medangsia dalam penanggalan Caka. Biasanya upacara berlangsung selama tiga hari yang diusung oleh ribuan umat Hindu.