Ratusan warga Desa Botteang, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) tetap bertahan di tenda darurat yang terbuat berasal dari terpal.
Lima hari pasca gempa 6,2 SR mengguncang lokasi itu mereka enggan balik ke rumahnya gara-gara rumah mereka hancur.
“Walaupun telah tidak rawan gempa, kecuali ke kembali paling kami hanya bisa menangis menyaksikan rumah kami hancur,” ujar Kepala Dusun Ratte, Desa Botteang, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Azis.
Untuk berlindung berasal dari teriknya matahari dan hujan deras yang sewaktu pas terjadi, ia mendirikan tenda yang terbuat berasal dari terpal yang sederhana dan untuk membeli terpal lagi untuk dinding pun kami tidak bisa karna nilai jual terpal yang mahal .
“Ada kira-kira 1/2 kilometer berasal dari lokasi rumah kami,” ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sepanjang di tenda darurat, ia hanya tergantung berasal dari pertolongan para relawan dan pemerintah.
Distribusi pertolongan telah tersalurkan, hanya saja belum mencukupi. Bantuan yang mampir berwujud beras sampai mie instan.
“Kita syukuri telah ada bantuan, tapi tetap belum lumayan pak gara-gara banyak pengungsi,” ujarnya.
Selain pertolongan bahan makanan, kebutuhan medesak lain yang tetap dibutuhkan adalah susu dan popok bayi.
Di tenda itu ada sebagian bayi bahkan ada yang baru dilahirkan pas gempa mengguncang lokasi itu.
Termasuk kebutuhan pelayanan tenaga medis. Para pengungsi telah banyak mengeluhkan gatal dan sakit kepala di tenda pengungsian.